15 Wanita Indonesia Tersenarai Dalam Buku “Controbution Of Women In Global Islamic Economy”

BeritaAzam com, Kuala Lumpur – Sejumlah wanita hebat dan menginspirasi Indonesia tersenarai dalam buku bergengsi “Contribution of Women in Global Islamic Economy” yang baru diluncurkan Sekjen Institut Standar dan Metrologi untuk negara-negara Islam (SMIIC), Organisasi Koorporasi Islam (OKI), Dr Ihsan Ovut di Turki, Jumat (4/3/2023) kemarin.

Buku terbitan  lembaga pendidikan Islamic Economy Academy (Islamicea) ini memuat hampir 100 wanita-wanita seluruh dunia yang berkontribusi dalam pengembangan ekonomi halal. Kontribusi mereka dikelompokkan dalam beberapa kategori, seperti bidang pangan, kosmetik, kesehatan, sertifikasi, ekonomi Syariah, tokoh akademis, hingga Tokoh Kepemimpinan,

Pendiri perusahaan kosmetik terkenal PT Paragon yang memproduksi label terkenal Wardah,  Dr (HC) Dra Nurhayati Subakat tersenarai dalam Tokoh Kepemimpinan Ekonomi Islam.

Kontribusi Nurhayati dalam menjadikan kosmetik halal sebagai nadi pertumbuhan ekonomi telah banyak mendapat apresiasi bukan hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri.

“Saya berharap Paragon  dapat berkontribusi nyata pada pertumbuhan ekonomi nasional dan global, dan juga pengembangan masyarakat,” ujar wanita alumni Institut Teknologi Bandung ini.

Selain Nurhayati, Vice President PT Paragon, Dr. Sari Chairunnisa juga turut tersenarai dalam buku ini. Dr spesialis penyakit kulit ini bertanggungjawab dalam Riset dan Pengembangan produk-produk baru PT Paragon.

Mantan auditor halal LPPOM MUI yang kini menjadi General Manager Lembaga Halal Muhammadiyah, Elvina Rahayu, peneliti dari Lembaga Riset Halal Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Nancy Dewi Yuliana, dan Manager Bank Indonesia, Rindawati Maulina,  juga termasuk dalam buku ini.

Wanita Diaspora Indonesia

Yang agak menarik adalah empat diantara wanita Indonesia yang turut tersenarai diatas berkarya dari luar Indonesia. Dr Widya Lestari dan Dr Betania Kartika, keduanya merupakan Associate Professor dan peneliti halal dari International Islamic University Malaysia.

BACA JUGA:  IOH Bersama Ericsson Selesaikan Integrasi Jaringan di Jabodetabek

Dr Widya merupakan dosen di Fakultas Kedokteran Gigi yang banyak melakukan riset mengenai bahan-bahan halal kedokteran gigi. Alumni Tokyo Medical and Dental Univeristy, Tokyo, ini juga sudah banyak menelorkan mahasiswa pasca sarjana dengan riset kedokteran gigi halal.

Sedangkan Dr Betania merupakan pakar bidang Syariah yang sangat aktif mengadakan pelatihan-pelatihan halal di berbagai negara.

Pakar orthodontik yang juga peneliti bidang halal, Dr Fitri Octavianti turut tersenarai dalam buku ini. Alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ini menyelesaikan program dokter spesialisnya di Universitas Padjajaran sebelum menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sains Islam Malaysia.

Sewaktu menjadi dosen inilah pakar braces asal  Bukittinggi ini aktif melakukan riset berkaitan sistem autentikasi komponen tidak halal. Kini Dr Fitri menjalankan klinik gigi sendiri di Kuala Lumpur disamping meneruskan hobi melakukan penelitian bidang halal dan menulis artikel ilmiah.

“Tantangan utama buat saya adalah kerja klinis di klinik sendiri dan melakukan riset halal adalah dua hal yang sangat berbeda. Saya harus pandai-pandai mengatur waktu,” ujarnya.

Satu lagi wanita diaspora Indonesia yang juga masuk dalam buku ini adalah Dr Rini Akmeliawati, yang kini menjadi seorang Associate Professor di Universitas Adelaide di Australia. Wanita asal Sumatera Barat ini dikenal sebagai  pakar sensor yang berhasil mengembangkan alat pendeteksi bahan tidak halal, seperti lemak dan protein babi serta alkohol. Dalam bidang riset, Dr Rini kini ditunjuk menjadi Koordinator Pusat Penelitian Robotik dan Automasi, Universitas Adelaide.

Nama-nama wanita Indonesia lainnya yang masuk dalam buku ini adalah Susi Susiatun dari Gerakan Wakaf Indonesia,  Dr Dety Mulyanti (ABPPTSI Jawa Barat), Candra Hendriyani (Akademi Sekretaris Taruna Bakti), Rina Novianty (Unpad), Siti Anah Kunyati (Universitas Langlang Buana) dan Prof Dr Mulyaningsih (Universitas Garut).*