BeritaAzam.com, Kampar – Budayawan Riau, Kunni Masrohanti menyebutkan, kondisi Istana Darussalam Kerajaan Rantau Kampar Kiri di Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, cukup memprihatinkan.
Bagaimana tidak? Istana yang ada sejak abad ke-17 ini tidak berpagar. Lahan kosong yang cukup luas di sekitar Istana juga belum dimanfaatkan. Padahal istana ini merupakan Cagar Budaya.
“Bagaimana Saya tidak prihatin melihat kondisi Istana Darussalam Gunung Sahilan ini. Meski bangunannya lebih cerah karena sudah dicat dibandingkan tahun 2018, tapi tidak berpagar. Pagarnya hanya di bagian depan. Buruk pula. Padahal wisatawan yang datang dari berbagai negara,” kata Kunni yang membawa ratusan penyair mancanegara.dan Indonesia saat merayakan Hari Puisi Indonesia (HPI) di Riau tahun 2018. Waktu itu juga dihadiri Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri.
Perubahan cat istana yang sudah lebih baik dari tahun sebelumnya itu juga atas inisiatif Raja Kerajaan Gunung Sahilan H Tengku Muhammad Nizar bersama Permaisuri dan keluarga.
Kunni juga menyebutkan, Raja sudah membawa pejabat Kampar, bahkan Riau untuk mewujudkan rencana pembangunan kawasan wisata dan sejarah di sekitar istana. Sayangnya, sampai saat ini, belum ada yang terealisasi, kecuali MCK umum di sebelah kiri bangunan istana yang juga tidak maksimal pemanfaatannya.
“Setahu saya, sudah banyak yang dibawa Raja ke Istana. Mulai gubernur, wakil gubernur, bupati, dinas pariwisata, LAM dan masih banyak lainnya supaya melihat langsung istana bersejarah ini hingga kondisi bangunannya. Kepada setiap pejabat yang datang. Raja juga selalu menyampaikan tentang kondisi istana yang perlu perhatian dan kerja nyata banyak pihak untuk pembangunan kawasan istana lebih baik. Tapi apa hasilnya, nol. Lambat. Jadi upaya pemajuan kebudayaan secara riil itu tidak ada. Pemerintah tidak peduli. Padahal istana ini warisan berharga bagi Riau,” sambung Kunni penerima Anugerah Budaya kategori Budayawan dari Yayasan Sagang tahun 2019, Anugerah Kebudayaan dari Gubernur Riau tahun 2014 dan 2021 serta se gudang Anugerah lainnya.
Sebagai wilayah adat yang masih ada perangkat adanya, adat istiadatnya, tanah ulayatnya dan hukum adatnya, ditambah sebagai tempat bersejarah, istana Gunung Sahilan merupakan objek wisata religi, budaya dan sejarah paling potensial.
“Jika kawasan istana ini dibangun dan ditata dengan baik, maka ekonomi masyarakat akan berputar kencang di sini. Kulinernya, ekrafnya, seninya, homestay jasa guide dan masih banyak lainnya. SDM pun bisa diberlakukan,” sambung Kunni yang juga pengurus Indonesia Adventure Trade and Travel (IATTA) Riau.
Apa yang disampaikan Kunni memang benar adanya.
Raja kembali meyampaikan kondisi istana kepada Kerabat Kesultanan Negeri Sembilan, saat berkunjung ke sana, Minggu (11/06/2023).
“Setahu saya inilah satu-satunya istana yang tidak berpagar. Ada pagarnya, tapi lihatlah. Hanya di bagian depan saja, dan tidak layak,” kata Raja di hadapan para tamu, termasuk msyarakat adat Kota Dumai, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kampar, serta tokoh masyarakat Riau lainnya.*