Kunni Ajak Kaum Ibu Kenegerian Lipatkain Bentuk Perempuan Peduli Adat

Kunni dinobatkan sebagai budayawan oleh Yayasan Sagang tahun 2019 dan Tokoh Budaya oleh Dinas Kebudayaan Riau tahun 2021 dalam pertemuan sederhana di salah satu warung Ayam Geprek di Lipatkain, Minggu (18/06/2023).

BeritaAzam.com, Kampar – Tokoh perempuan, budayawan dan perempuan aktivis Riau Kunni Masrohanti mengajak kaum ibu yang mau untuk bersama-sama mewujudkan rumah atau kelompok perempuan peduli adat, budaya dan kearifan lokal.

Keinginan Kunni ini ternyata menjadi keinginan kaum ibu di Lipatkain, Kabupaten Kampar, setelah menjelaskan pentingnya kelompok ini dan mengajak mereka untuk bangkit bersama dengan tujuan mengaktualisasikan diri perempuan Kenegerian Lipatkain dalam menjaga, melestarikan, mengembangkan dan mewariskan kembali nilai-nilai luhur budaya, adat istiadat dan kearifan lokal kepada anak cucu.

“Sudah lama saya pribadi menginginkan berdirinya rumah atau kelompok perempuan-perempuan yang peduli adat ini. Tahun 2021 saat saya berkegiatan di Desa Kuntu, saya juga lontarkan ini. Alhamdulillah hari ini saya bertemu kaum ibu Kenegerian Lipatkain yang luar biasa. Memiliki keinginan dan pemikiran yang sama dengan saya. Kita perempuan melahirkan, penerima waris dari ibu kita dan mewariskan ?embali kepada anak-anak kita tentang nilai-nilai luhur yang ada dalam setiap sendi adat dan budaya lokal yang kita punya,” kata Kunni yang dinobatkan sebagai budayawan oleh Yayasan Sagang tahun 2019 dan Tokoh Budaya oleh Dinas Kebudayaan Riau tahun 2021 dalam pertemuan sederhana di salah satu warung Ayam Geprek di Lipatkain, Minggu (18/06/2023).

Diskusi ringan dimulai dengan menginventarisir adat dan kearifan lokal yang melibatkan perempuan, di Kenegerian Lipatkain, baik yang masih dijalankan maupun yang sudah tidak. Di antaranya, Malam Bainai, Batimang, Mandi ka Ayyie (Turun Mandi), Batindiok, Antau Tando, Jalang Mintuo. Kesemuanya adalah adat istiadat yang diperankan oleh kaum perempuan.

“Masih banyak adat istiadat yang dijalankan tapi tidak lagi seperti dulu. Pelakunya, atau tokohnya juga tidak asli orang Lipatkain dan sudah tua. Kami tentu sangat ingin jika ini dimunculkan kembali dan dipelajari oleh anak-anak kami, bahkan kami sendiri. Contoh, dalam adat nikah kawin, pepatah petith tidak lagi disampaikan oleh orang yang sesuku dengan kita, tapi diambil dari suku lain, padahal sudah disampaikan oleh tokoh adat kami, itu tidak boleh. Kenapa? Karena tidak ada yang pandai. Makanya, kami mau belajar,, jangan sampai adat istiadat ini hilang,” kata Hanimarni.

BACA JUGA:  Kolonel Yudhi Berkunjung ke Rumah Duka Korban Kanjuruhan

Ahda Yuliati yang membuka pertemuan tersebut, juga mengaku senang dengan kehadiran Kunni ke Lipatkain. Ia juga meminta maaf kepada rekan-rekannya karena pertemuan tersebut terkesan mendadak.

“Pertemuan ini memang mendadak. Karena Bu Kunni ini ada di Lipatkain, maka Saya fikir ini harus dimanfaatkan. Apalagi Saya tahu beliau banyak sekali pemikirannya tentang adat dan budaya yang memang sangat beliau cintai sejak dulu. Ya sudah, Saya langsung ajak teman-teman kumpul. Sekali lagi Saya minta maaf. Dan kami juga berterimakasih kepada Bu Kunni yang menyediakan waktunya untuk kami, berbagi dan mengajak kami membentuk kelompok Perempuan Peduli Adat. Ini juga mimpi kami tapi tidak juga terwujud karena tidak ada yang membimbing dan menguatkan. Alhamdulillah hari ini kami merasa kuat dan makin semangat, karena Bu Kunni” kata Ahda.

Diskusi santai sore itu juga dihadiri seniman-seniman muda Lipatkain. Kunni juga menyebutkan, pelestarian budaya lokal harus melibatkan milenial. Maka Kunni menitipkan kepada seniman muda yang hadir agar budaya dan kearifan lokal harus terus disosialisasikan kepada generasi muda melalui musik, lagu dan seni lainnya, termauk melalui medsos.

Di akhir diskusi yang dipimpin langsung oleh Kunni itu menetapkan koordinator pembentukan Perempuan Peduli Adat (PPA) Lipatkain. Selanjutnya akan diadakan pertemuan pembentukan pengurus PPA dalam waktu dekat.*