BeritaAzam.com, Kampar – Aktivis perempuan, budayawan Riau Kunni Masrohanti hadir sebagai pembincang pada acara Bincang Wisata tajaan Galeri Rupa Lawna-Rain di Pulau Belimbing, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Sabtu (25/2/2023).
Selain Kunni juga hadir sebagai pembincang Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Kuok (Ipemasko) Kampar, Naufaluz Zakwan.
Owner Galeri Lawna-Rain, Kholil Zuhdy Lawnarain menyebutkan, Bincang Wisata yang megusung tema “Asyiknya Berwisata Alam dan Budaya” ini dilaksanakan di ruang terbuka dengan sistem kemping bersama. Benar adanya, bincang itu dilaksanakan di depan tenda peserta, di halaman belakang galeri, dimulai pukul 20.00 dan baru berakhir 24.00 WIB.
Hadir dalam bincang ini pemuda dari Desa Pulau Terap, Kota Bangkinang, pengelola Taman Bunga Tepian Mahligai XIII Koto Kampar, pengelola Kampung Patin Tour XIII Koto Kampar, pemuda dari Desa Salo, Desa Laboi Jaya, Komunitas Seni Rumah Sunting dari Pekanbaru, Komunitas Pegiat Konservasi Riau (KPKR) dari Pekanbaru, masyarakat Pulau Belimbing dan sekitarnya.
“Alhamdulillah, malam ini para seniman dan budayawan serta adek-adek dari generasi z, kaum milenial, turut hadir. Saya sangat menginginkan di tempat kita duduk ini nanti bisa menjadi bengkel seni. Bukan hanya galeri berisi lukisan tapi, bisa jadi tempat latihan melukis, ada panggung dan pasti ada lukisan-lukisan Saya yang bisa dinikmati masyarakat. Semoga jadi tempat wisata seni dan budaya,” kata Kholil Zuhdy, Owner Galeri Lawna-Rain.
Kholil juga mengaku kegiatan ini terkesan mendadak yang berawal dari komunikasi dengan Kunni. Tapi ia sangat bersyukur dan mengucapka terimakasih karena sudah banyak yang mengajak membuat kegiatan di galeri, tapi belum mau karena merasa belum siap dan masih banyak kesibukan.
“Terimakash sangat banyak khususnya buat Kak Kunni. Beliau ini sangat luar biasa, selalu jadi penyemangat di manapun berada. Malam ini, kita kumpul juga berkat Kak Kunni. Sudah banyak seniman-seniman yang mengajak untuk membuat kegiatan di sini, tapi Saya tolak. Begitu Kak Kunni telpon, bincang-bincang dan mengajak membuat kegiatan ini, entah mengapa langsung Saya iyakan. Saya merasa ada semangat besar dan rugi jika Saya tolak, padahal Saya masih bolak balek pameran Malaysia dan Singapura. Tanpa fikir panjang ya sudah, Saya buat ini, persiapkan yang Saya bisa dengan tetap berkomunikaai dengan Kak Kunni. Apapun, terimakasih Kak Kunni, selalulah bersama kami,” kata Kholil malam itu.
Perbincangan malam itu tidak hanya seputar pengembangan dan issu terkini tentang wisata alam dan budaya, tapi juga tentang bagaimana bertahan agar tempat wisata yang dibuka bisa tetap eksis dan bertahan.
“Kita perlu memandang semua yang ada di sekitar kita luar biasa sehingga kita bisa menjdikannya sesuatu yang luar biasa pula. Terkait wisata, kadang kita melihat di sekitar kita, sungai, air terjun dan lain-lain biasa saja, sementara orang lain memandangnya luar biasa. Karena kita anggap biasa, ya kita tidak berbuat apa-apa,” sambung Kholil lagi.
Kunni Masrohanti, aktivis perempuan dan budayawan Riau menyebutkan, budaya dan kearifan lokal merupakan potensi wisata dan menjadi industri kreatif jika dikelola dengan benar. Salah satunya galeri Lawna-Rain. Apalagi galeri yang menampilkan karya-karya lukis kaligrafi ini selalu mengusung tema alam dan budaya.
“Lawna-Rain bukan hanya melestarikan alam dan budaya melalui cat dan kanvas, tapi juga membuat ruang sendiri di dunia pariwisata, khususnya budaya. Dan ini bisa menjadi industri kreatif, pusa edu tourism yang ujungnya peningkatan ekonomi masyarakat. ini sudah sangat benar, karena Bang Kholil.Zuhdy tidak ingin bergerak sendiri dalam mengembangkan ini, tapi ingin melibatkan masyarakat,” kata Kunni.
Disebutkan Kunni, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan berbasis pelestarian alam dan budaya untuk perekonomian masyarakat, perlu kreasi, inovasi dan kolaborasi yang terus menerus, membuka diri dan membuka ruang publikasi serta informasi seluas-luasnya.
“Intinya ekonomi bergerak. Alangkah harmonisnya ketika alam budaya lestari, terjaga dan ekonomi masyarakatnya terus membaik. Perlu kreasi, inovasi dan kolaborasi, memanfaatkan potensi SDA yang ada, memperkuat SDM dan memberdayakan sebaik-baiknya. Lagi-lagi, Lawna-Rain akan menjadi destinasi wisata edukasi besar di desa ini, bahkan Riau. Harus bersiap, serius dan totalitas,” sambung pendiri Laskar Penggiat Ekowisata (LPE) dan pengurus Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA) Riau.
Perbincangan yang juga dihadiri tokoh masyarakat Pulau Belimbing itu mendapat pencerahan dari Dt Faisal selaku pengelola Taman Bunga Tepian Mahligai. Mengelola tempat tersebut dan bertahan hingga 10 tahun lebih bukan mudah. Penuh tantangan, tapi juga ada kemanisan karena berhasil mendapatkan bantuan CSR Rp1,2 miliar dari beberapa perusahaan milik negara.
Semakin hangat ketika perbincangan ditanggapi serius oleh anak-anak.muda yang memandang pariwisata dari kacamata milenial. Salah satunya Risky, pengelola Kampung Patin Tour. Riaky berbagi cerita bagaimana bisa kreatif dan bertahan dalam.mengelola tempat wisata bahkan ketika memulai darii nol.
Naufaluz Zakwan, Ketua Ipemasko mengaku merasa senang bisa hadir dan terlibat dalam perbincangan ini. Sebagai pemuda tempatan dengan potensi alam dan budaya yang melimpah di desanya, ia ingin terus belajar dan bersemangat.
“Pasti Saya dan kawan-kawan dari Ipemasko merasa bangga dengan pertemuan ini. Belajar dan terus belajar agar kami juga bisa berguna bagi sesama khususnya bagi desa kami,” katanya.*