Majelis Sastra Riau Mengajak Penyair Dunia untuk Menulis Puisi tentang Rempang, Pulau yang Terancam

Kunni Masrohanti

BeritaAzam.com, Pekanbaru – Majelis Sastra Riau (MSR) telah mengeluarkan seruan dan undangan terbuka kepada penyair Indonesia dan internasional untuk menulis puisi yang mengangkat tema Pulau Rempang.

Dalam seruan yang disebar melalui berbagai grup WhatsApp, dijelaskan bahwa Pulau Rempang adalah tempat tinggal bagi masyarakat Melayu di Kepulauan Riau, tepatnya di sekitar pesisir Kota Batam. Pulau ini saat ini tengah menghadapi perubahan besar karena rencana pemerintah untuk mengalokasikan 17 ribu hektar lahan kepada PT. Makmur Elok Graha (MEG) untuk mengembangkannya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru Kota Batam. Transformasi ini mencakup pembangunan sektor industri, pariwisata, dan lainnya.

Namun, transformasi tersebut juga mengancam ribuan hingga puluhan ribu jiwa dari 16 kampung di Pulau Rempang yang akan direlokasi. Investasi besar ini juga meningkatkan risiko bencana dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat Pulau Rempang. Dengan keterbatasan ruang dan sumber daya alam, investasi ini dapat mengganggu pasokan makanan dan air bersih, menciptakan bencana kemanusiaan serius.

Dalam rangka mendukung masyarakat Pulau Rempang dan sebagai bentuk kepedulian terhadap situasi mereka, MSR mengajak penyair Indonesia dan internasional untuk menulis puisi dengan tema “Rempang Tanah Luka.” Penerbitan buku antologi puisi ini diharapkan dapat menjadi wujud nyata solidaritas dan dukungan terhadap Masyarakat Adat Melayu Rempang yang tengah menghadapi tantangan berat akibat pembangunan dan proyek-proyek besar yang dilakukan oleh negara.

Kunni Masrohanti, anggota MSR dan penggagas rencana terbitnya buku antologi puisi “Rempang Tanah Luka,” menjelaskan bahwa ini adalah cara penyair untuk memberikan dukungan dan membangkitkan kesadaran penguasa akan nasib rakyat kecil melalui puisi. Proses penggusuran terhadap Masyarakat Adat Melayu Rempang masih terus berlanjut, dan upaya pengukuran batas tanah yang dilakukan oleh pihak berwenang pada tanggal 7 September menimbulkan konflik dan kekerasan.

BACA JUGA:  Indosat dan GSMA Tingkatkan Ketahanan Lingkungan dan Ekonomi Indonesia

Budi mengimbau seluruh penyair untuk memahami situasi di Pulau Rempang melalui berita, informasi di grup WhatsApp, dan media sosial lainnya. Kemudian, mereka diundang untuk menulis puisi dengan mengikuti beberapa ketentuan yang telah ditentukan:

1. Puisi yang dikirim maksimal 3 minimal 2, disertai biodata penyair paling panjang 5 baris.
2. Puisi ditulis dengan font Times New Roman spasi 1,5
3. Puisi dikirim paling lambat 20 September 2023, pukul 24.00 WIB
4. Puisi dikirim ke alamat email bkariyawan090571@gmail.com
5. Seluruh biaya cetak buku ditanggung peserta penulis puisi Rempang dengan harga Rp120 ribu per buku.
6. Biaya lebih cetak per buku akan didonasikan untuk perjuangan masyarakat Rempang melalui pihak yang dipercaya.
7. Pengumpulan biaya cetak buku akan diinformasikan kemudian.
8. Segala sesuatu terkait penerbitan buku ini silakan hubungi *(Kunni / 08126849986, Salmah / 081371890115)*

Ini adalah langkah konkret dalam memanfaatkan kekuatan puisi untuk menyuarakan keadilan dan solidaritas terhadap masyarakat yang terpinggirkan dan membutuhkan dukungan.*