BeritaAzam.com, Dumai – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengadakan kegiatan latihan bersama dengan pihak Polri, Kementerian Perhubungan, dan SKK Migas untuk menghadapi tantangan di industri minyak dan gas (migas). Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih dan mengantisipasi tindakan sabotase keamanan dalam penyaluran migas.
Kegiatan ini melibatkan kolaborasi lintas sektor, termasuk perwakilan Kementerian Perhubungan seperti Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Dumai, Polres Dumai, Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Dumai, Polairud Dumai, SKK Migas, dan lintas tim di PHR WK Rokan. Latihan bersama ini mencakup International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code, skenario latihan gabungan dalam keadaan darurat, sabotase keamanan yang menyebabkan kebakaran dan tumpahan minyak di Terminal Dumai, Rabu (14/6/2023).
Rudi Ariffianto, Corporate Secretary PHR, menyatakan bahwa kegiatan latihan bersama ini bertujuan untuk memastikan kesiapsiagaan tim dalam menghadapi keadaan darurat dan menerapkan rencana dalam situasi genting seperti tumpahan minyak, gangguan keamanan, kebakaran, sabotase, dan peningkatan aspek keselamatan kerja lainnya.
“Operasi WK Rokan memiliki tatanan operasional yang unggul. Kami berupaya memberikan kontribusi terbaik bagi pemenuhan energi nasional, termasuk operasi yang aman dan nyaman. Apabila terjadi di luar kendali kami, kami memiliki prosedur untuk mengatasi dan menangani situasi tersebut dengan tepat,” ujar Rudi.
PHR memiliki metode penanganan risiko operasional mulai dari pencegahan hingga penanggulangan. Upaya pencegahan dilakukan melalui sosialisasi dan peningkatan kesadaran mengenai aspek keselamatan, pemeriksaan keandalan fasilitas, dan perawatan fasilitas secara berkala.
Sementara itu, dalam penanggulangan, PHR menggunakan serangkaian metode untuk merancang strategi respons dengan memanfaatkan teknologi yang sesuai. Langkah-langkah melibatkan penurunan tim tanggap darurat dan evaluasi dampak yang terjadi, terutama dalam kasus tumpahan minyak.
“Semua ini dilakukan melalui kerja sama yang baik dengan tim penanggulangan keadaan darurat (Onsite Respons Team/ORT), serta kolaborasi dengan berbagai instansi terkait,” tambahnya.
Pada Joint Exercise ini, skenario yang dilakukan mencakup sabotase, kebakaran, dan tumpahan minyak di Terminal Dumai. Pada saat yang sama, tim dibentuk untuk mengatasi kendala yang muncul.
Rudi menyampaikan bahwa operasi tanggap darurat ini merupakan persiapan matang dalam menghadapi tantangan di industri migas. Namun, lebih baik jika pembelajaran seputar kondisi darurat ini tidak perlu sampai terjadi insiden.
“Di lapangan, kita menghadapi potensi risiko yang membutuhkan usaha, waktu, tenaga, pikiran, dan biaya yang besar untuk menanggulangi kejadian tersebut. Oleh karena itu, persiapan dan kesiapan harus selalu dijaga dengan matang,” ujar Rudi.
Dalam acara tersebut, Kabid Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli (KBPP) Faisal Rahman, yang mewakili Kepala KSOP Dumai, menyatakan bahwa kegiatan ini sangat berguna dalam meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi tantangan. Pihaknya memberikan apresiasi terhadap langkah PHR dalam operasi yang unggul.
“Ini merupakan salah satu bentuk latihan pengamanan untuk mengatasi gangguan operasional, sehingga kita semua memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan untuk mengantisipasi ancaman seperti perusakan dan pembajakan. Oleh karena itu, keamanan adalah modal utama yang harus kita jaga bersama. Kami sebagai penanggung jawab otoritas pelabuhan memberikan apresiasi kepada PHR,” ungkapnya.*