BeritaAzam.com, Pekanbaru – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam penanggulangan bencana alam, terutama kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. Langkah proaktif ini diambil sebagai tanggapan terhadap peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai musim kemarau yang diperkirakan terjadi lebih awal di wilayah Riau pada Mei hingga Juni 2023, yang berpotensi meningkatkan risiko kebakaran lahan.
Gubernur Riau, Syamsuar, telah memperingatkan masyarakat mengenai risiko kebakaran hutan dan lahan di Riau yang disebabkan oleh musim kemarau. Ia mendorong masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam melakukan pembukaan lahan perkebunan dan melarang pembakaran lahan.
PHR telah mengerahkan Tim Tanggap Darurat Kebakaran dan Penanggulangan Darurat (Fire & Emergency Response Team/FERT) yang terdiri dari personel yang telah tersertifikasi dalam penanggulangan kebakaran dan penyelamatan. Tim ini dilengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran, termasuk truk pemadam kebakaran, dan siap memberikan upaya maksimal dalam memadamkan api. Penanggulangan kebakaran di wilayah operasi PHR dilakukan di delapan area, baik di lokasi distrik maupun area remote.
Hingga pertengahan tahun 2023, Tim FERT PHR telah berhasil memadamkan 44 kebakaran hutan dan lahan. Dalam proses penanggulangan ini, sebanyak 44 truk pemadam kebakaran dan sekitar 184 personel tanggap darurat dikerahkan untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan tersebut. Kebakaran hutan dan lahan cenderung meningkat pada bulan Juni, terutama di lapangan Minas dan lapangan Duri.
Corporate Secretary PHR, Rudi Ariffianto, menyatakan bahwa keputusan PHR untuk mengerahkan tim pemadam kebakaran ke lokasi kebakaran di Riau merupakan salah satu bentuk upaya dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan. Selain itu, kebakaran dapat mencemari udara dan membahayakan kesehatan, oleh karena itu, tindakan ini juga bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat.
“Langkah ini adalah bagian dari komitmen PHR dalam memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat,” kata Rudi.
Dalam menghadapi kabut asap yang terjadi setiap tahun, kerja sama antara sektor swasta dan pemerintah sangat penting untuk melindungi masyarakat dan lingkungan sekitar. PHR berharap bahwa tindakan ini dapat memberikan dampak positif dan membantu meminimalkan kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan.
Selain itu, PHR juga memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membagikan masker dan memberikan edukasi tentang penggunaan masker serta bahaya asap kepada sekolah-sekolah.
“Selain membantu dalam kondisi kabut asap, Tim FERT juga dengan sigap memberikan dukungan kepada tim pemadam kebakaran pemerintah setempat dalam upaya pemadaman kebakaran di tempat lain, seperti rumah-rumah warga dan fasilitas umum lainnya,” kata Rudi.
Sejalan dengan imbauan Gubernur Riau agar masyarakat tidak melakukan pembakaran lahan dan tetap waspada terhadap risiko kebakaran hutan, PHR melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bekerja sama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mengajak serta memberdayakan masyarakat dalam program Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
Melalui program ini, masyarakat dilatih dalam cara membuka dan mengelola lahan gambut tanpa menggunakan metode pembakaran yang berisiko. Mereka diberikan pengetahuan tentang PLTB, pemahaman kondisi tanah dan tanaman di wilayah masing-masing, praktik pembukaan lahan percontohan (demplot), pemasangan mulsa (tudung tanaman), penanaman bibit, serta perlindungan tanaman dari serangan hama.
Pelaksanaan program ini tidak hanya bertujuan untuk pelestarian lingkungan, tetapi juga untuk meningkatkan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan. PHR telah mendirikan rumah belajar inovatif di Kepenghuluan Sintong Pusaka, Kecamatan Tanah Putih, Rokan Hilir sebagai pusat konservasi gambut dan kepedulian energi.
Dengan kesadaran dan kerjasama dari semua pihak, diharapkan wilayah Riau dapat menghadapi musim kemarau dengan lebih baik dan mengurangi risiko kebakaran yang dapat membahayakan kesehatan dan kelestarian lingkungan.
Anggota Tim FERT PHR menyadari risiko yang dihadapi dalam tugas mereka. Namun, mereka meyakini bahwa tindakan mereka untuk terjun langsung ke lapangan guna memadamkan dan mencegah kebakaran sangat penting, terutama dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka miliki.
“Saya menyadari risiko dalam pekerjaan saya untuk memadamkan api, tetapi saya yakin bahwa dengan sertifikasi dan mengikuti prosedur yang benar, kami dapat menghindari kecelakaan kerja,” kata salah satu anggota tim pemadam PHR yang terlibat dalam pemadaman kebakaran di Kawasan Minas.*